Minggu, 22 Maret 2020

Pandemik COVID-19, Dayak Meratus Kalimantan Selatan Laksanakan Ritual 'Tolak Bala'


Foto : Ilustrasi 

Minggu, 22 Maret 2020.
Para tetua Adat Dayak Meratus Provinsi Kalimantan Selatan melaksanakan Ritual 'tolak bala ' dalam mencegah berbagai penyakit dan maraknya pandemik penyebaran COVID-19 yang sedang dihadapi dunia.
Masyarakat Adat Dayak Meratus Kalimantan Selatan cepat tanggap dalam menghadapi berita ini, sehingga wilayah-wilayah perkampungan di sepakati untuk ditutup sementara dari kunjungan atau kegiatan dari pihak luar. Seperti halnya di wilayah Meratus Hulu Sungai Tengah, Ketua BPH AMAN HST telah memberikan himbauan kepada masyarakat di kampung-kampung dan umum, baik secara langsung maupun edaran di media sosial, agar aktifitas di kampung dapat dibatasi untuk sementara dan dalam waktu yang tidak ditentukan. Bersama para tetua dan kepengurusan AMAN lainnya turut mensosialisasikan kebijakan tersebut.
"Tabi-tabi Maih Sidi Sagalaan.Salam Masyarakat Adat.Sehubungan dengan situasi dan kondisi terkait peningkatan status penyebaran COVID-19 sebagai pandemik di dunia oleh WHO dan edaran dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), maka dengan ini Ketua AMAN HST dan tetua adat Dayak Meratus HST menghimbau agar semua kegiatan yang melibatkan atau mengumpulkan orang banyak dari dalam maupun luar Kab. HST menuju Meratus baik wisatawan maupun lainnya, terutama jalur Gunung Halau-halau (Bantai) untuk sementara di TUTUP, kecuali untuk Tim Kesehatan yang melakukan Poskesmas Keliling (Posling). Demikian himbauan disampaikan. Atas perhatian diucapkan terimakasih." Seperti itu pemberitahuan yang disebarkan, sehingga ada beberapa pendaki yang berencana ingin melakukan kegiatan ke Desa Juhu untuk saat ini tidak diizinkan dan terpaksa mereka harus kembali. Tidak hanya itu, berdasarkan Edaran Sekretaris Jendral AMAN Rukka Sombolinggi, AMAN HST menutup sementara aktifitas dan pelayanan di Sekretariat AMAN dan Toko Kita yang merupakan Badan Usaha Koperasi Produsen AMAN Mandiri Cabang Daerah Hulu Sungai Tengah secara offline, namun masih bisa dibuka melalui online oleh pengelola Tokit.
Hal ini adalah langkah utama yang harus dilakukan masyarakat adat Meratus, karena tidak menutup kemungkinan penyebaran COVID-19 tersebut dibawa oleh orang luar ke dalam kampung, sehingga dikhawatirkan akan mengancam kehidupan masyarakat disana, selain infrastruktur yang sulit, akses kesehatan pun masih belum memadai untuk menghadapi serangan penyakit seperti ini, sehingga para tetua bersepakat untuk melakukan langkah cepat. Para tetua menyepakati jika ada orang yang melanggar peringatan tersebut dan masih nekat memasuki wilayah masyarakat adat, maka akan dikenakan sanksi adat sesuai dengan kesepakatan yang berlaku di kampung tersebut.
Selain dari membatasi jalur keluar masuk kampung, masyarakat pun mulai menyiapkan kebutuhan sehari-hari untuk menghadapi jika nanti sampai pada masa-masa tersulit. Berupa ketersediaan pangan dan obat-obatan tradisional di setiap kampung-kampung. Selain dari pelaksanaan berbagai ritual baik untuk penolak bala dan meminta keselamatan dari para leluhur, nenek moyang, dan Tuhan YME.
Mengingat informasi terupdate saat ini tentang data penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19 yang sudah masuk ke wilayah Kalimantan Selatan seperti pada data berikut.


Hal ini menjadikan masyarakat adat Pegunungan Meratus menjadi lebih waspada dan hati-hati sampai dengan waktu yang prediksi hingga bulan Mei nanti sebagai puncak penyebaran COVID-19 ini. 
Semoga semua mendapatkan perlindungan dan keselamatan dari Tuhan YME.


Sumber: AMAN HST